Berkat kesuksesannya mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi digital, Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Banyumas kini menjadi rujukan, studi banding, hingga penelitian berbagai pihak. Kalangan mahasiswa, aktivis, pemerintah desa, akademisi hingga birokrat dari lokal hingga nasional datang ke sini beberapa waktu lalu untuk mengunjungi Dermaji.

Manfaatkan Teknologi, Dorong Generasi Peduli Kemajuan
Manfaatkan Teknologi, Dorong Generasi Peduli Kemajuan

“Museum Naladipa yang memuat berbagai artefak desa hingga perpustakaan desa hingga pelayanan publik berbasis online juga sempat menjadi perhatian sejumlah tamu dari wakil rakyat, pejabat, birokrat Kementerian Kominfo, mahasiswa, tamu dari Jawa Barat dan Papua beberapa waktu lalu.

Kalau anak-anak sudah tak terhitung seringnya datang ke sini,” kata perangkat desa setempat, Supriyanto. Selain masalah pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi, desa berpenduduk sekitar 6.000 jiwa ini memang belum lama meraih prestasi sebagai desa dengan kategori perencanaan pembangunan terbaik Jawa Tengah.

Kepala Desa Dermaji, Bayu Setyo Nugroho pada 2014 sempat menjadi tokoh muda inspiratif tingkat nasional dan mendapatkan penghargaan dari Joko Widodo.

Berbagai kesuksesan ini tentunya berbanding terbalik dengan masa lampau desa di perbatasan Banyumas-Cilacap yang terbilang tertinggal, terisolasi dan terbelakang ini. Semua itu berhasil diwujudkan berkat sinergi, ketekunan dan kerja sama pemerintah desa, warga dan berbagai pihak desa dalam memanfaatkan teknologi informasi digital.

Meski terbilang sukses mengelola teknologi informasi, namun desa yang berjarak 40 kilometer arah barat dari Purwokerto dan kondisi geografis wilayah yang berbukit dan berlembah, masih harus merasakan sulit mendapatkan sinyal telepon selular.

“Meski sedikit memang kami manfaatkan sebaik-baiknya. Dengan belajar dan terus belajar termasuk dari komunitas Gerakan Desa Membangun (GDM) kami manfaatkan teknologi internet yang terbatas ini semampu kami. Karena memang di sini yang terjangkau hanya sinyal Telkomsel saja,” jelas Harry Haryono, perangkat desa yang pengelola redaksi portal berita dermaji. desa.id.

Melalui keberadaan web desa yang dirintis bersama sejumlah desa GDM hingga mendapatkan pengakuan desa.id dari Kementerian Komunikasi dan Informasi inilah, Desa Dermaji menyebarkan informasi ke luar desa menembus batas wilayah dan waktu.

Berbagai potensi desa, informasi pelayanan hingga perencanaan pembangunanpun diunggah di web tersebut secara terbuka. Makanya siapapun yang membuka website desa ini maka akan melihat warta terbaru, pelayanan publik hingga tabel paparan RAPBDes Dermaji 2016 ini. “Dari website desa inilah kemudian komunikasi dengan warga di perantauan dalam maupun luar negeri terjalin.

Meski berada jauh, namun mereka merasa dekat. Bahkan warga di sini terkadang kalah dengan warga di luar negeri. Selain dari web desa inilah, komunikasi diperkuat dengan jejaring media sosial berupa facebook, twitter, whatssapp, line dan sebagainya,” jelas Harry yang juga menjadi Pelaksana Tugas Sekretaris Desa.


Generasi Milenial Peduli

Dari komunikasi interaktif antar pemerintah desa dan warga di jejaring media sosial inilah, berbuah pada munculnya Gerakan Sosial Dermaji Peduli dari kalangan buruh migran dan DermajiMania dari kalangan perantau dalam negeri. Tak tanggung-tanggung dari gerakan ini, muncullah kegiatan pembagian 114 sembako gratis untuk warga tidak mampu jelang Lebaran, kemarin.

“Dengan gerakan sosial inilah membuktikan kalau pemanfaatan teknologi tidak hanya melahirkan generasi menunduk saja, melainkan generasi milenial yang peduli dan empati dengan kemajuan desa tempat kelahirannya,” jelas Kepala Desa Dermaji, Bayu Setyo Nugroho. Pemerintah desa juga sadar, di samping dampak positif keberadaan teknologi informasi dan komunikasi digital juga membawa dampak negatif.

Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak negatif itulah, pemerintah desa juga terus mendorong lestarinya kearifan lokal dan gotong royong warga desa. Berbagai kegiatan gotong royong, pertemuan adat masyarakat hingga tradisi adat Jawa tiap bulan-bulan tertentu juga terus dilestarikan.

“Jadi harus diseimbangkan dunia maya dan dunia nyata. Kamipun berencana menjadi tuan rumah dari Festival Desa yang dipelopori oleh GDM pada 20-21 Agustus mendatang. Semoga ini menjadi bagian yang bermanfaat bagi warga desa dan desa di Nusantara ini,” jelas Bayu.

Terhadap keberhasilan Desa Dermaji itulah, sejumlah pihak termasuk Camat Lumbir, Budi Nugroho juga mengapresiasi. Ia berharap kelahiran desa-desa membangun ini dapat mendorong desa lain untuk mengikuti. Pemanfaatkan teknologi informasi digital diharapkan dapat semakin mempercepat perkembangan inovasi, kreativitas memajukan desa, tanpa harus tercerabut dari akar budaya nusantara.

“Kami berharap selain Dermaji, desa-desa lainnya yang kini sudah mulai menggeliat untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk mengangkat potensi desanya semakin tumbuh. Kami dukung semua itu untuk kemajuan desa dan masyarakatnya,” jelasmya.

Sementara itu, Luthfi Makhasin yang juga pengajar ilmu politik Universitas Jenderal Soedirman, Puwokerto yang juga konsern dengan perubahan masyarakat tradisional dan digital mengatakan pemanfaatan teknologi digital memang sangat potensial untuk mengakselerasi pembangunan dan pelayanan publik terutama perluasan informasi. Meski demikian, dengan sifat teknologi yang demokratis dan bisa menghadirkan apapun, maka perlu penguatan nilai dari pemakai internet.

“Dunia digital adalah dunia yang tak ada satupun otoritas mampu menghalangi. Jangankan pemerintah desa, negara di level pusatpun akan kerepotan. Tiap orang punya respon berbeda dengan menghadapi dunia digital ini,” katanya. Secara akademis, kata Luthfi, penyebaran teknologi itu mempunyai potensi membangun agensi yang aktif. Membangun agensi yang aktif itu basisnya adalah keluarga bukan pemerintah.

Makanya peran keluarga untuk mengarahkan pemanfaatan internet bagi anak untuk hal positif sangat menentukan. Keluarga harus tanggap dan mengantisipasi agar anak-anak bisa terhindar dari kecanduan permainan online, atau mengakses situs dewasa atau kebencian terhadap agama. “Jadi biarkan itu berkembang alamiah saja tidak perlu dikekang. Tinggal bagaimana mengarahkannya.

Di level pemerintah termasuk desa, teknologi digital ini memberi ruang bagi transparansi dan partisipasi transparansi termasuk perencanaan dan pelaksanaan partisipatis terhadap penggunaan dana desa dan pembangunan desa,” jelasnya.(45)Generasi Milenial Peduli

Sumber : berita.suaramerdeka.com